Luka bakar termal dan cedera lain yang berhubungan dengan luka bakar merupakan penyebab utama kematian dan cacat, terutama pada individu dengan usia kurang dari 40 tahun.
Trauma termal merupakan penyebab trauma yang sering terjadi, salah satu diantaranya adalah luka bakar yang disertai dengan trauma inhalasi. Trauma inhalasi merupakan penyebab utama dari 75 % kematian yang berhubungan dengan luka akibat api.
Api menyebabkan luka bakar dan trauma ini dapat langsung diketahui tetapi trauma pada paru-paru dan jalan nafas dari produk inhalasi asap biasanya tidak langsung dapat diketahui dan gejalanya mungkin belum timbul hingga 24 sampai 36 jam setelah terpapar.
Lebih dari seratus zat toksik ada dalam asap akibat kebakaran, diantaranya karbon monoksida, hidrogen sianida, aldehida (hasil pembakaran perabot rumah tangga dan kain), gas klorin, amino, hidrokarbon, keton (hasil pembakaran karet dan plastik).
Hasil pembakaran dihubungkan dengan 3 tipe berbeda dari trauma inhalasi yaitu:
1) Kerusakan akibat inhalasi panas
Terbakarnya paru-paru hanya terjadi jika seseorang bernafas pada suatu udara yang panas atau sumber api, atau panas bertekanan tinggi.
Pada banyak kasus trauma inhalasi hanya terbatas pada jalan nafas bagian atas, ini disebabkan karena trakea bertindak sebagai ruang pendingin yang melindungi paru dari tekanan panas.
2) Kerusakan akibat toksin sistemik
Toksin mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghisap oksigen. Keracunan toksin dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ termasuk otak.
3) Kerusakan akibat inhalasi asap
Intoksikasi asap seringkali terhalangi oleh berbagai trauma lain yang terlihat seperti luka bakar akibat api. 60 – 80 % kejadian fatal yang disebabkan oleh luka bakar adalah berasal dari inhalasi asap.5
Sekitar 33 % pasien dengan luka bakar mengalami trauma inhalasi. Penelitian dari North-West England mengemukakan angka rata-rata pasien yang masuk rumah sakit dengan trauma inhalasi dengan luka bakar sekitar 0,29 per 1000 populasi tiap tahun, dimana perbandingan antara pria dan wanita yaitu 2 : 1.
Di US diperkirakan anak-anak yang mengalami gejala gangguan pernafasan pada luka bakar lebih tinggi dibandingkan pada orang yang lebih dewasa yang disebabkan oleh produk asap.
Sekitar 50 % dari semua luka bakar meninggal disebabkan karena trauma inhalasi. Hipoksemia awal memberikan konstribusi sekitar 50 % pada kematian karena inhalasi asap, dengan intoksikasi CO berakumulasi sekitar 80 % dapat beraklbat fatal.